Rabu, 20 Juni 2012

Usai dibatas Pertemuan



Suatu saat, disuatu ketika
Takkan kumampu sentuh warna pelangi kembali,
bila waktu usai seketika,
maka kan kupinta pada Tuhan
bukan atas diriku
namun untuk mereka yang selalu kusayang
kurindu, kunanti dan kukagumi

Bila waktu singkat yang akan kudapat
aku rela asal pancar senyum keikhlasan tetap abadi
karena aku paham
waktu tetap akan usai
walau bukan saat ini,
entah esok, lusa, atau kapanpun itu

Namun ku pinta ulang pada pagi yang terbitkan hari,
pada petang yang usaikan peristiwa,
agar kebersamaan kami takkan pernah tuntas...
Hingga senja menjawab redup renung hening,

Suatu saat, disuatu ketika
Dimana perpisahan usaikan pertemuan
Dan pasti terjadi
tanpa dapat dihindar

Selasa, 19 Juni 2012

Sekat Keakraban



Gumam senja dihari berganti,
kulukis nurani petang,
mengisahkan coretan kehidupan,
adakah sekiranya perbedaan yg mengutarakan kata cinta,
dari ketulusan diri,
disebagaian hati menilai bukan suatu hal yg mudah,
ketika sebuah latar membatas keakraban berlanjut,
seperti seseorang kata "aku bagai pungguk merindukan bulan"
namun aku bukan bulan yg sempat kau kata lalu,
dari suara senja aku memahami, 
sepetak ruang kosong dihati takkan terganti,
dan pandangan perbedaan dasar yg membatas dua insan dalam bunga-bunga cinta,

Jumat, 15 Juni 2012

Mencoba Hapus Perih



Dari suara pagi aku mengenangmu,
menyibak memory usang aku mampu,
bukan karena aku hidup dalam angan-angan semu
bukan pula berarti aku rindu kenangan lalu
Mungkin sekiranya masih ada serpihan cerita iba yang belum terjaga akan keikhlasan,
kususuri kembali dihari,
agar nurani benar-benar bersih dari duri dalam diri
barangkali semua hanya usaha kandas akan rindu
setidaknya aku pernah mencoba,
mengitari hari dengan perih tak terobati


Kamis, 14 Juni 2012

TakKu Mampu Benci



Bunga dijiwa pupus dikala malamku kuakhiri dengan tangiz kebahagiaan,
Selalu...
Aku rindu hari-hari lalu, hari-hari yang masih kisahkan kita seutuhnya,
Hari-hari dimana tak kutemui asa,
Namun kini hanya luka yang tersisa,
Batinku menjerit lirih, q seperti berada dalam ruang hampa tanpa udara,
Sesak, gelap, tak bisa bergerak...
Tak dapat kulihat celoteh ketulusan sekitar,
Yang ada kini hanya kabut asa semangat jiwa,
Aku ikhlas, namun atas apa?,
Bintang keindahan yang dulu menjadi tempat bersanding,
Namun kini hanya bisa tersenyum melihatku luka,
Tolong jangan katakan itu,
Aku hancur, beribu-ribu hancur,
Memoryku memegang erat semua peristiwa,
Mengalun indah, menyisakan bayang perih,
Kau pergi perlahan, meninggalkan secerca harapan bangkit yang kini pupus,
Aku patah dalam duniaku dengan bayang semu,
Aku tak mampu mengurai mega senja yang masih sisakan kisah setahun lalu,
Aku rapuh, aku luka,
Aku tak mampu berdiri tanpa genggaman erat tanganmu,
Hanya bisa merangkak, perlahan,
Tatap cinta yang dulu kurasakan, memudar sudah didirimu,
Aku bagai tulang belulang yang terombang ambing ombak ganas,
Tak bisa kutemukan tujuan yang pasti,
Hari-hariku hanya sendu,
Semua berkisah hanya tentang kegagalan,
Aku menemukan jiwaku didirimu, namun tak pernah kau temukan jiwamu didiriku,
Seandainya waktu dapat kembali terulang,
Kankususuri jalan setapak lalu,
Kiranya masih ada celah yang bisa dibenahi,
Namun tidak,
Goresan pena tlah terlukis abadi dihati,
Dan inilah aku,
Seseorang yang tak'kan mampu membencimu.

Rabu, 13 Juni 2012

Sepenggal Kisah Lara


Luka ini masih pekat membekas lara, penatpun bgai letupan bara, bahkan kini tlah menjadi karat tiada tara,
Q bahagia dngan hari-hariku lebih dari sekedar bahagia
Namun ternyata disepanjang hdupku q hanya berpura-pura bahagia,
Simphony kisah yang melantun indah setahun lalu,
* * * * * *
"Syesil", kataku.
"Ardyan", balasnya.
Ceritapun dimulai . . .
Baru ku tahu namanya hari ini,
mega senja sebagai saksi pertemuan kita...
Disini, ditempat ini,
Tlah kukagumi sosok istimewa yang sisakan rasa penasaran ditiga tahun silam, kini kita dipertemukan lagi.
Padepokan...
Sebuah bangunan cukup tua yang menjadi latar cerita kita,
Aku, kamu, dan mereka...
Tak terasa kini usiaku sudah 17th,
Ku rasa tak pernah ada keistimewaan dari sebuah hari yang diperingati sebagai hari bertambahnya usia kita, bahkan mungkin hanya sebagai renungan...
28 Februari...
* * * * * *
Hari ini kenaikan kelas
Berarti kini aku telah duduk dibangku SMA kelas 2,
Gak kerasa perjalanan hidup tlah cukup panjang kutempuh,
Senang? Atau malah sedih yea??
Bukan kelas 2 sih, tepatnya kelas 11,
XI- IPA 5,
Azimuth nama kelasnya,
Bukannya ini nama atom atau mungkin nama sudut?
Ya memang...
Tapi mungkin bagi sebagaian orang nama kelas ini kepanjangan dari "Anak XI IPA 5 Imut-imut,
Mungkin juga, karna kami memang anak imut-imut kali yea.
Eitz... tapi jangan salah, bukan kumut- kumut pastinya
Namun bukan itu yang dimaksudkan, sebenarnya adalah kepanjangan dari "Anak XI IPA 5 Mutu handal",
Keren'kan??
* * * * * * *
Hidup sebenarnya hanya tentang prioritas dan cara menyikapinya,
Dan disepanjang hidupku hanya menyita waktu  dalam satu prioritas teratas,
* * * * "SILAT" * * * *
Sejak SMP inilah aktivitasku luar jam sekolah biasa disebut ekstrakulikuler.
namun tak berheti diekstra.
Semua berlanjut ketika aku memutuskan bergabung dalam latihan keatlitan kabupatan,
Kisahku bukan bagaimana aku dalam meraih juara,
Namun ketika aku benar-benar mengenal lingkup pertemananku dalam duniaku ini,
Aku terlalu nyaman berada dalam lingkup ini, hingga semua selain silat kuanggap semu.
Mungkin bagi sebagaian masyarakat sesuatu yang kurang enak dipandang jika seorang perempuan berada dalam aktivitaz ini. Karena memang dunia ini keras, namun itu tantangan buatku...
Dan inilah aku yang terlalu sayang dengan silat.
"Diandra", gumamku dengan sorotan mata tertuju pada satu sosok,
Bagaimana mungkin kita dipertemukan lagi.
Dia, kakak sekaligus pelatihku sejak aku SMP.
3 tahun diatasku, namun kita tak pernah satu sekolah...

* * * * * * * *
Agustus 2011, event POPDA di Nganjuk
Menjadi ajang keakraban antara aku, Ardyan, dan Diandra...
Ada getar hebat disini, didada ini, entah apa, tentang apa, dan bagaimana.
Semua masih berkisah tentang diandra.
"Dian, nanti antar Syesil beli pangsit sebelah rumah. Waktu kurang dua hari, berat badan harus sudah fix", kata seorang pelatihku pada kak diandra.
Oiya..., seminggu ini kami satu tim dikarantina lo, gak kebayang kayak apa beratnya...
Plis tolong-tolong..., jangan biarkan kami berdua sendiri.
 Senang, gelisah, bingung, salting...
Oh Tuhan, terimakasih.
"ayo..., denger  tu apa kata pelatih", kata diandra padaku
"iya-iya bawel", balasku
Namun apa yang tax kutahu maksud, ketika rasa ini mulai benar-benar berbunga harum.
Dia kata,
"Jika suka sama dia ngomong aja, apa perlu dibantu?", kata diandra padaku
(Sumpah kakak, jangan ucap itu padaku. Sejujurnya aku hanya ingin katakan "I Love You", bukan dia atau siapapun), Batinku bergumam lirih.
Aku menanti hari-hari indah selanjutnya, tapi tolong jangan sebut aku sukai kak Ardyan...
Dihari-hari kita batinku slalu ingin teriakan sepenggal rasa yang tertinggal ini, namun apa dayaku tak mampu tuk berucap.
Aku hanya bisa diam dan menanti hari-hari, hingga waktu mengakhiri kisah ini.
Keakraban kami membendung sejuta tanya atau mungkin bahkan semua seperti sandiwara semenjak keakrabanku dengan Ardyan.
Semua berlanjut dalam event Kejurda, magetan tempatnya.
* * * * * * * *
September 2011
Disini, aku masih tak paham atau mungkin aku tak pernah faham dengan keadaan.
Event 4 hari, kami tinggal disebuah rumah milik saudara salah satu teman kami,
Disini kak Diandra gak ikut, namun masih ada kak Ardyan yang selalu memperhatikanku.  
What??, memperhatikan?, gak kali ya..., cuman perhatian.
Berkisahkan tentang sebatang coklat dan sebotol minyak kayu putih.
Rp. 9.500,00. Masih tertera dalam label harga coklat yang ia beri,
Terima kasih..., kan kujadikan kenangan terindah.
"Caplang atas atap",
Dia adalah seseorang yang paling anti dengan yang namanya caplang,
Oucey...
Lucu sih,
Sebelum kami mengakhiri cerita ditempat ini, q masih belum paham dengan keadaan.
"kenapa saat itu tak mau foto bersama?", pertanyan itu yang masih sering kudengar,
 Ditengah sorak-sorai puluhan teman, aku masih belum mampu untuk meyakinkan hati tentang kebimbangan ini.
Hingga, kini kau kata...
"Dek, aku suka sama kamu. Maaf ya"
Ungkapan perasaan atau...
Sebuah pernyataan?,
Hari ini aku pulang dari magetan.
"ibu, ayah, adek...", teriaku sambil membuka pintu
Namun tak kutemui ricuh suasana seperti hari biasa.
"Kak, ikut ndak?" kata ayah padaku.
"kemana?, kok sepi?", terhenyak aku dengan pertanyaan ayah.
"Rumah sakit" jawab ayah
"siapa sakit?," tanyaku penuh rasa iba.
"Ibu, udah 2 hari ini" jawab ayah.
Kenapa tak kasih kabar aku, atau mungkin mereka tak ingin konsentrasi terpecah.
Jadi merasa bersalah.
Ditengah ricuh suasana seperti ini sebuah ungkapan atau sebuah penyataan itu yang malah ia lontarkan.
Tolong banget ngertiin keadaan aku.
Namun apa yang kusadar, kamu memang tak pernah mengerti akanku.
"ia gpp kak", balasku padanya.
Apa aku salah?, namun kukira tidak.
Keakraban kami mulai berkurang namun kucoba kembali menyusuri jalan setapak lalu, mungkin masih ada celah yang bisa diperbaiki kiranya.
* * * * * * * *
Sabtu sore...
Kutemui  sebaris tulisan dalam sms, selalu.
"dek, ayo latihan", ajak kak Ardyan padaku.
"oucey", balasku.
Bergegas, dengan beribu alasan yang tak terencana bahkan terlontar ketika benar- benar tak dapat ijin keluar dari orang tua.
Well-well,
Dipadepokan kami berdua latihan bersama, padahal setiap 3 hari dalam seminggu kita latihan bareng anak-anak juga.
Gpp'lah, with someone pokoknya.
Berkisah tentang sebatang coklat dan ice cream.
Februari minggu kedua kau ucap, dan ku penuh tanda tanya.
" dek memang aku suka sama kamu, namun lebih baik aku urungkaan perasaanku ini, dan lebih baik kita sahabatan, aku gak mau dengar kata mantan sahabat" ucapnyanya.
Katapun berlanjut
"aku masih belum siap buat pacaran lagi, masih takut melihat jika ada cewek nangiz dihadapanku",
Tolong pliz jangan sakiti aku, ku pegang kata-katamu ini,
"suatu hari nanti aku akan datang kerumahmu, namun bukan hari ini", katanya.
Kunanti kehadiranmu, pastikan bukan lelucon.
Mungkin hanya itu memory yang masih kau ingat,
Atau mungkin bahkan terlupakan olehmu,
Dan sebenarnya tak penah berarti apa-apa buatmu.
Aku tak berharap banyak, ketika jiwaku benar-benar tergoncang hari itu dan hidupkupun mulai gelap, berkabut.
* * * * * * * *
17 februari,
Kuucap hari akhirku latihan pada detik-detik UAN SMA.
Disini semua ceria membaur satu padu, teriakan tawa kebersamaan.
Sebungkus tepung bertabur penuh didiri, dari ujung kaki sampai ujung kepala, begitu pula puluhan siraman air mendarat tepat diwajahku.
Namun Ini semua teriakan ucapan happy birthday untukku, walau bukan tepat hari ini, namun aku bahagia. Terima kasih teman-teman.
Khususnya buatmu kakak...
Usai sudah masa latihanku, terasa berat memang.
Melangkah pergi meninggalkan ribuan kenangan ditempat ini, kuteteskan air mata asa, apa yangkan ku laku setelah ini tanpa silat.
Hari-hariku redup, walau sesekali slalu kudatangi tempat itu untuk mengenang sedikit peristiwa yang tertinggal.
* * * * * * * *
28 Februari...
Tepat ulang tahunku yang ke-18,
"Happy Birthday yea cah ayu....", ucapnya dalam serangkai kata.
Kupikir ini adalah special umurku,
Namun apa yang tak kusangka kini melah menjadi cerita lara.
2 maret 2011,
Dia meninggalkan kota ini tanpa memberi tahuku,
Lalu kau anggap apa keakraban kita, komunikasi masih berjalan lancar sampai hari kemarin, namun kabar apa yang kudengar,
Tuhan kuatkan hambamu ini,
namun tidak...
Aku tebujur lemas, seperti menanti ajal menjemput.
Saat kudengar kabar kau telah bersamanya kembali, kakasihmu lalu memintamu kembali,
Apa dayaku, aku hanya insan lemah yang tak mampu dan tak akan pernah mampu membahagiakanmu.
Terbang sudah kau kepulau sebrang, merantau mencari bekal masa mendatang, "Bekerja".
Aku tak pernah salahkan keadaan, mungkin semua salahku.
Tak ku pahami kisahmu sebelum melangkah maju dan menjatuhkan pilihan.
Tapi tolong..., beri aku satu penjelasan pasti mengapa kau pergi tanpa kabar pasti, dan mengapa kau ucap kata itu jikalau hati masih untuknya.
Hingga kini hanya aku yang terluka...
Laraku membahas habis peristiwa,
Seminggu berlalu seperti sepuluh tahun menginjak bara, belum tuntas.
Tatapanku melambung tak pernah usai ditiap mega senja hari, namun takku temui dirimu lagi.
Hanya banyangmu penyerta derai air mata ini, selalu.
Bahkan ditiap malamku, kuteteskan air mata bahagia melihatmu bersamanya.
"Terima kasih atas semua perhatian yang telah engkau beri padaku, namun percayalah suatu saat kaukan temui cinta sejatimu. Namun bukan aku. Bukalah hati untuk yang lain", Kata terakhirnya penutup bahagiaku.
Untuk siapa?, untuk apa? dan mengapa?
Aku tertatih-tatih meraba hidup,
Berdiripun aku tak mampu,
Pucat pasi wajah sendu yang tak ingin melihatmu sedih, aku menelan sendiri pahitnya butiran racun yang kau tawarkan untukku.
Seperti mati perlahan, namun tidak...
Cintaku padamu tetap abadi, hingga ajal mengakhiri rasa ini.
Tetaplah tersenyum manis untuknya, dan kutunggu hadirnya surat pernikahanmu digubuk persinggahan ini...