Luka ini masih pekat membekas lara, penatpun bgai letupan
bara, bahkan kini tlah menjadi karat tiada tara,
Q bahagia dngan hari-hariku lebih dari sekedar bahagia
Namun ternyata disepanjang hdupku q hanya berpura-pura
bahagia,
Simphony kisah yang melantun indah setahun lalu,
* * * * * *
"Syesil", kataku.
"Ardyan", balasnya.
Ceritapun dimulai . . .
Baru ku tahu namanya hari ini,
mega senja sebagai saksi pertemuan kita...
Disini, ditempat ini,
Tlah kukagumi sosok istimewa yang sisakan rasa penasaran
ditiga tahun silam, kini kita dipertemukan lagi.
Padepokan...
Sebuah bangunan cukup tua yang menjadi latar cerita kita,
Aku, kamu, dan mereka...
Tak terasa kini usiaku sudah 17th,
Ku rasa tak pernah ada keistimewaan dari sebuah hari yang
diperingati sebagai hari bertambahnya usia kita, bahkan mungkin hanya sebagai
renungan...
28 Februari...
* * * * * *
Hari ini kenaikan kelas
Berarti kini aku telah duduk dibangku SMA kelas 2,
Gak kerasa perjalanan hidup tlah cukup panjang kutempuh,
Senang? Atau malah sedih yea??
Bukan kelas 2 sih, tepatnya kelas 11,
XI- IPA 5,
Azimuth nama kelasnya,
Bukannya ini nama atom atau mungkin nama sudut?
Ya memang...
Tapi mungkin bagi sebagaian orang nama kelas ini kepanjangan
dari "Anak XI IPA 5 Imut-imut,
Mungkin juga, karna kami memang anak imut-imut kali yea.
Eitz... tapi jangan salah, bukan kumut- kumut pastinya
Namun bukan itu yang dimaksudkan, sebenarnya adalah
kepanjangan dari "Anak XI IPA 5 Mutu handal",
Keren'kan??
* * * * * * *
Hidup sebenarnya hanya tentang prioritas dan cara
menyikapinya,
Dan disepanjang hidupku hanya menyita waktu dalam satu prioritas teratas,
* * * *
"SILAT" * * * *
Sejak SMP inilah aktivitasku luar jam sekolah biasa disebut
ekstrakulikuler.
namun tak berheti diekstra.
Semua berlanjut ketika aku memutuskan bergabung dalam
latihan keatlitan kabupatan,
Kisahku bukan bagaimana aku dalam meraih juara,
Namun ketika aku benar-benar mengenal lingkup pertemananku
dalam duniaku ini,
Aku terlalu nyaman berada dalam lingkup ini, hingga semua
selain silat kuanggap semu.
Mungkin bagi sebagaian masyarakat sesuatu yang kurang enak
dipandang jika seorang perempuan berada dalam aktivitaz ini. Karena memang
dunia ini keras, namun itu tantangan buatku...
Dan inilah aku yang terlalu sayang dengan silat.
"Diandra", gumamku dengan sorotan mata tertuju
pada satu sosok,
Bagaimana mungkin kita dipertemukan lagi.
Dia, kakak sekaligus pelatihku sejak aku SMP.
3 tahun diatasku, namun kita tak pernah satu sekolah...
* * * * * * * *
Agustus 2011, event POPDA di Nganjuk
Menjadi ajang keakraban antara aku, Ardyan, dan Diandra...
Ada getar hebat disini, didada ini, entah apa, tentang apa,
dan bagaimana.
Semua masih berkisah tentang diandra.
"Dian, nanti antar Syesil beli pangsit sebelah rumah.
Waktu kurang dua hari, berat badan harus sudah fix", kata seorang
pelatihku pada kak diandra.
Oiya..., seminggu ini kami satu tim dikarantina lo, gak
kebayang kayak apa beratnya...
Plis tolong-tolong..., jangan biarkan kami berdua sendiri.
Senang, gelisah,
bingung, salting...
Oh Tuhan, terimakasih.
"ayo..., denger tu
apa kata pelatih", kata diandra padaku
"iya-iya bawel", balasku
Namun apa yang tax kutahu maksud, ketika rasa ini mulai
benar-benar berbunga harum.
Dia kata,
"Jika suka sama dia ngomong aja, apa perlu
dibantu?", kata diandra padaku
(Sumpah kakak, jangan ucap itu padaku. Sejujurnya aku hanya
ingin katakan "I Love You", bukan dia atau siapapun), Batinku
bergumam lirih.
Aku menanti hari-hari indah selanjutnya, tapi tolong jangan
sebut aku sukai kak Ardyan...
Dihari-hari kita batinku slalu ingin teriakan sepenggal rasa
yang tertinggal ini, namun apa dayaku tak mampu tuk berucap.
Aku hanya bisa diam dan menanti hari-hari, hingga waktu
mengakhiri kisah ini.
Keakraban kami membendung sejuta tanya atau mungkin bahkan
semua seperti sandiwara semenjak keakrabanku dengan Ardyan.
Semua berlanjut dalam event Kejurda, magetan tempatnya.
* * * * * * * *
September 2011
Disini, aku masih tak paham atau mungkin aku tak pernah
faham dengan keadaan.
Event 4 hari, kami tinggal disebuah rumah milik saudara
salah satu teman kami,
Disini kak Diandra gak ikut, namun masih ada kak Ardyan yang
selalu memperhatikanku.
What??, memperhatikan?, gak kali ya..., cuman perhatian.
Berkisahkan tentang sebatang coklat dan sebotol minyak kayu
putih.
Rp. 9.500,00. Masih tertera dalam label harga coklat yang ia
beri,
Terima kasih..., kan kujadikan kenangan terindah.
"Caplang atas atap",
Dia adalah seseorang yang paling anti dengan yang namanya
caplang,
Oucey...
Lucu sih,
Sebelum kami mengakhiri cerita ditempat ini, q masih belum
paham dengan keadaan.
"kenapa saat itu tak mau foto bersama?", pertanyan
itu yang masih sering kudengar,
Ditengah sorak-sorai
puluhan teman, aku masih belum mampu untuk meyakinkan hati tentang kebimbangan
ini.
Hingga, kini kau kata...
"Dek, aku suka sama kamu. Maaf ya"
Ungkapan perasaan atau...
Sebuah pernyataan?,
Hari ini aku pulang dari magetan.
"ibu, ayah, adek...", teriaku sambil membuka pintu
Namun tak kutemui ricuh suasana seperti hari biasa.
"Kak, ikut ndak?" kata ayah padaku.
"kemana?, kok sepi?", terhenyak aku dengan
pertanyaan ayah.
"Rumah sakit" jawab ayah
"siapa sakit?," tanyaku penuh rasa iba.
"Ibu, udah 2 hari ini" jawab ayah.
Kenapa tak kasih kabar aku, atau mungkin mereka tak ingin
konsentrasi terpecah.
Jadi merasa bersalah.
Ditengah ricuh suasana seperti ini sebuah ungkapan atau
sebuah penyataan itu yang malah ia lontarkan.
Tolong banget ngertiin keadaan aku.
Namun apa yang kusadar, kamu memang tak pernah mengerti
akanku.
"ia gpp kak", balasku padanya.
Apa aku salah?, namun kukira tidak.
Keakraban kami mulai berkurang namun kucoba kembali
menyusuri jalan setapak lalu, mungkin masih ada celah yang bisa diperbaiki
kiranya.
* * * * * * * *
Sabtu sore...
Kutemui sebaris
tulisan dalam sms, selalu.
"dek, ayo latihan", ajak kak Ardyan padaku.
"oucey", balasku.
Bergegas, dengan beribu alasan yang tak terencana bahkan
terlontar ketika benar- benar tak dapat ijin keluar dari orang tua.
Well-well,
Dipadepokan kami berdua latihan bersama, padahal setiap 3
hari dalam seminggu kita latihan bareng anak-anak juga.
Gpp'lah, with someone pokoknya.
Berkisah tentang sebatang coklat dan ice cream.
Februari minggu kedua kau ucap, dan ku penuh tanda tanya.
" dek memang aku suka sama kamu, namun lebih baik aku
urungkaan perasaanku ini, dan lebih baik kita sahabatan, aku gak mau dengar
kata mantan sahabat" ucapnyanya.
Katapun berlanjut
"aku masih belum siap buat pacaran lagi, masih takut
melihat jika ada cewek nangiz dihadapanku",
Tolong pliz jangan sakiti aku, ku pegang kata-katamu ini,
"suatu hari nanti aku akan datang kerumahmu, namun
bukan hari ini", katanya.
Kunanti kehadiranmu, pastikan bukan lelucon.
Mungkin hanya itu memory yang masih kau ingat,
Atau mungkin bahkan terlupakan olehmu,
Dan sebenarnya tak penah berarti apa-apa buatmu.
Aku tak berharap banyak, ketika jiwaku benar-benar
tergoncang hari itu dan hidupkupun mulai gelap, berkabut.
* * * * * * * *
17 februari,
Kuucap hari akhirku latihan pada detik-detik UAN SMA.
Disini semua ceria membaur satu padu, teriakan tawa
kebersamaan.
Sebungkus tepung bertabur penuh didiri, dari ujung kaki
sampai ujung kepala, begitu pula puluhan siraman air mendarat tepat diwajahku.
Namun Ini semua teriakan ucapan happy birthday untukku,
walau bukan tepat hari ini, namun aku bahagia. Terima kasih teman-teman.
Khususnya buatmu kakak...
Usai sudah masa latihanku, terasa berat memang.
Melangkah pergi meninggalkan ribuan kenangan ditempat ini,
kuteteskan air mata asa, apa yangkan ku laku setelah ini tanpa silat.
Hari-hariku redup, walau sesekali slalu kudatangi tempat itu
untuk mengenang sedikit peristiwa yang tertinggal.
* * * * * * * *
28 Februari...
Tepat ulang tahunku yang ke-18,
"Happy Birthday yea cah ayu....", ucapnya dalam
serangkai kata.
Kupikir ini adalah special umurku,
Namun apa yang tak kusangka kini melah menjadi cerita lara.
2 maret 2011,
Dia meninggalkan kota ini tanpa memberi tahuku,
Lalu kau anggap apa keakraban kita, komunikasi masih
berjalan lancar sampai hari kemarin, namun kabar apa yang kudengar,
Tuhan kuatkan hambamu ini,
namun tidak...
Aku tebujur lemas, seperti menanti ajal menjemput.
Saat kudengar kabar kau telah bersamanya kembali, kakasihmu
lalu memintamu kembali,
Apa dayaku, aku hanya insan lemah yang tak mampu dan tak
akan pernah mampu membahagiakanmu.
Terbang sudah kau kepulau sebrang, merantau mencari bekal
masa mendatang, "Bekerja".
Aku tak pernah salahkan keadaan, mungkin semua salahku.
Tak ku pahami kisahmu sebelum melangkah maju dan menjatuhkan
pilihan.
Tapi tolong..., beri aku satu penjelasan pasti mengapa kau
pergi tanpa kabar pasti, dan mengapa kau ucap kata itu jikalau hati masih
untuknya.
Hingga kini hanya aku yang terluka...
Laraku membahas habis peristiwa,
Seminggu berlalu seperti sepuluh tahun menginjak bara, belum
tuntas.
Tatapanku melambung tak pernah usai ditiap mega senja hari,
namun takku temui dirimu lagi.
Hanya banyangmu penyerta derai air mata ini, selalu.
Bahkan ditiap malamku, kuteteskan air mata bahagia melihatmu
bersamanya.
"Terima kasih atas semua perhatian yang telah engkau
beri padaku, namun percayalah suatu saat kaukan temui cinta sejatimu. Namun
bukan aku. Bukalah hati untuk yang lain", Kata terakhirnya penutup
bahagiaku.
Untuk siapa?, untuk apa? dan mengapa?
Aku tertatih-tatih meraba hidup,
Berdiripun aku tak mampu,
Pucat pasi wajah sendu yang tak ingin melihatmu sedih, aku
menelan sendiri pahitnya butiran racun yang kau tawarkan untukku.
Seperti mati perlahan, namun tidak...
Cintaku padamu tetap abadi, hingga ajal mengakhiri rasa ini.
Tetaplah tersenyum manis untuknya, dan kutunggu hadirnya
surat pernikahanmu digubuk persinggahan ini...