Kamis, 29 September 2016

Karamnya Sapa Pagi_


Maaf, tak kusajikan secangkir sapa pagi ini
Senyum sembari menghela nafas panjang dihadap ponsel
Semua masih baik-baik saja,
namun tidak, dengan sebab
karna aku tlah karam, hilang tanpa penghargaan,
bahwa aku lupa setiap jengkal respon kembali adalah
cara seberapa penting penempatan pribadi,
mungkin ini baiknya...

Akhir Maaf Tak Kembali_



Untukmu yang pernah mengisi hariku
Maafkan aku yang tak bisa kembali menyanjung
Aku bisu dalam kebungkaman
Menyibak getir sendiri dalam bahagia yang ku cari

Kamis, 01 September 2016

Atas Nama Rindu_

Aku bukan penulis ulung yg pandai merangkai kata,

apalagi penyair, jauh dari pelupuk,

lalu, kupandaikan diri merangkai skenario

yang tak pernah terancang ending,

karna yg ku tahu,

ending adalah kejutan dalam naskah tersirat

ku kata ini nostalgia kerinduan

bodoh,

ingin merasakan cinta, patah hati dan rindu ulang

karna kejam sejatinya adalah logika

ku beranikan dalam tak sadarku

berirama apa yg membuatku riang,

atas nama rindu, aku mengenalmu

sosok yg tak pernah terbersit dalam ingatan

ya... ku pikir semua hanya canda,

yg tak harus bermula ataupun berakhir,

semua masih sama

tiba-tiba hening

hei... kenapa berhenti

aku terpanah tamparan2 nyata

hentikan nyaman tak bermuara ini, ku mohon

namun tidak, rinduku menetap pada ilusi,

berkecimpung merasuk rasaku kali terakhir


Rabu, 31 Agustus 2016

Pelabuhan Fiksi_




Hai pelabuhan tak berupa, siapa namamu?

aku terpukau suara senja hari lalu

nadamu merenggut seluruh pikirku,

merindu yg bahkan mungkin bukan porsiku

kau tuang irama malam menjelang tidurku

meredam egoku disetiap amarahku

mencabik api cemburu dari berita yg tersuguh

kau buatku haru dengan apa yg tersaji

adakah kesetiaan dari sisi kita pribadi

yg bahkan tak kita tau endingnya

fiksi yang kita bangun megah

akankah realita yg tertunda

ataukah ini yg disebut fiksi abadi?,

kamu...

 


Segala Tulis yang Terhenti


Melody melodi tak berirama,
ah..., ada apa denganku,
kenapa segala tak bisa kutulis,
  rasaku antah berantah, menulis diarypun otakku tak bekerja sepuitis nyanyian hari lalu,
hei, aku mengais fikir, dari arus yg tak sedikitpun kubelok berlabuh ditiap dermaga yg ku lalui,
oh bukan, tak ada dermaga sekalipun untuk bernaung sejenak mengusap keringat hari dan tetes luka yg ku bawa berlari,
hmm, ku pikir aku tak pernah terluka, hanya harapan yg terlalu yg menyulitkan pandangan berkawan hingga menjadikanku buta tak melihat sisi” sudut yg kubilang nyata, ku pikir yg selama ini ku rasa hanya ilusi yg buta akan perhatian yg berlebih,